
Pagi itu, Bu Marni bangun lebih awal dari biasanya.
Anaknya yang bungsu masih meringkuk di kasur, sementara ayam-ayam tetangga sudah ramai berkokok.
Ia menyalakan kompor gas, goreng tempe, lalu membereskan warung kecilnya di depan rumah.
Sambil nunggu pembeli pertama datang, Bu Marni membuka WhatsApp.
Ada pesan baru dari grup arisan, lalu satu grup baru muncul:
“Crypto Muslimah Cuan Berkah 💫”
Isinya ramai, rame banget. Testimoni-testimoni bersliweran:
“Alhamdulillah, baru setor 1 juta, besok cair 1,3 juta. Gak ribet, halal, udah diuji 😇”
“Yang belum ikut, rugi. Ini bukan investasi, tapi sistem komunitas. Dana kita diputar dalam ekosistem crypto yang berkembang.”
Bu Marni garuk kepala. Dia gak ngerti “crypto” itu apaan. Tapi pas dibaca-baca, katanya ini halal, gak riba, buat bantu para ibu, malah ada ustazah yang jadi adminnya.
Beberapa hari kemudian, seorang admin yang ramah chat pribadi Bu Marni:
“Bu, kalau setor hari ini, cashback 30% langsung cair besok. Aman, ini udah banyak ibu-ibu ikut.”
Bu Marni ragu, tapi penasaran. Dia coba setor 500 ribu.
Dan benar saja… besoknya ada transfer masuk: Rp650.000
Dia senang bukan main. Gak pernah segampang ini rasanya “nabung” terus dapet untung segitu.
“Bu, kalau mau lebih untung, ada program spesial. Cashback 50% untuk setor 3 juta. Tapi cuma buat 5 orang pertama hari ini.”
Deg.
Bu Marni ingat celengan simpanan tabungan anak sekolah.
Setengah hati… dia ambil uangnya. Setor 3 juta.
Sejak itu… sunyi.
Besoknya tak ada transfer. Grup tetap aktif, tapi mulai banyak yang tanya, “Kapan cair?”
Admin hanya balas dengan emoji senyum dan janji-janji:
“Sabar ya, sistem blockchain global sedang maintenance…”
Hingga esok harinya… grup lenyap.
Bu Marni panik. Chat admin centang satu. Nomor tidak bisa dihubungi.
Uang tabungan anak hilang.
Lebih dari itu, harga dirinya sebagai seorang ibu pun terasa remuk.
Dia merasa bodoh, padahal niatnya hanya ingin cari tambahan buat anak sekolah.
Di kursi bambu depan warungnya, ia menangis diam-diam.
Takut ditertawakan, takut disalahkan.
🎯 Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Kisah Bu Marni adalah cermin dari ribuan ibu rumah tangga yang jadi korban modus penipuan cashback crypto.
Mereka tidak paham soal teknologi, tapi dimasukkan ke grup yang tampilannya islami, ramai, dan meyakinkan.
Penipunya tidak maksa. Mereka merayu. Pelan-pelan. Lewat rasa percaya.
💣 Alur Modus Penipuan Ini Biasanya Begini:
- Masukkan korban ke grup testimoni palsu.
Semua terlihat meyakinkan, banyak yang “ceritanya” berhasil. - Berikan hasil kecil di awal.
Tujuannya agar korban percaya dan berani setor lebih besar. - Rayu dengan bonus besar dan waktu terbatas.
Bikin korban buru-buru dan gak sempat berpikir. - Hilang tiba-tiba saat sudah banyak uang masuk.
Grup dibubarkan, nomor admin hilang, dan semua jejak lenyap.
🌱 Pesan Lembut untuk Mak dan Bapak yang Pernah Mengalaminya:
Kalau pernah mengalami hal serupa, Mak gak sendirian.
Rasa malu itu wajar. Tapi jangan berhenti di situ.
Jangan biarkan luka itu tumbuh jadi tembok yang menghalangi Mak buat belajar.
💬 Di luar sana, ada tempat hangat buat ngobrol dan belajar bareng. Gak ada yang ditertawakan, gak ada yang direndahkan.
Kita sama-sama belajar biar gak jatuh di lubang yang sama.
🚪Kalau Mak atau Bapak butuh tempat untuk tanya-tanya atau mulai dari dasar banget, pintunya terbuka.
Kami bikin tempat itu buat bantu siapa pun yang pernah tertipu… atau yang takut tertipu.
Mak bisa gabung ke Channel WhatsApp disini .
Disana banyak temen-temen lainnya yang juga belajar, degan benar, yang bisa bikin mak-mak semua lebih paham crypto dan mengantisipasi penipuan semacam ini.
Mak juga bisa baca e-book panduang belajar crypto dasar yang Ilmunya bisa bermanfaat dan aman tanpa ada penipuan, dan bisa di pake selamanya.
Pengetahuan itu seperti kail untuk mencari ikan—bukan ikannya yang langsung diberikan, tapi alat agar kita bisa menangkap sendiri, kapan saja, di mana saja. Makin tajam pengetahuannya, makin besar peluang ikannya.
Karena belajar bukan soal pintar… tapi soal niat melindungi diri dan keluarga.
Yuk, belajar bareng. Pelan-pelan. Tapi pasti.